Bicara Layar Kaca #15: Juara Indonesia Ramadan (2023)

Harapan baru acara kuis sarat ilmu di Indonesia setelah cukup lama absen

Fikri Rachmad Ardi
8 min readMay 2, 2023
(Dari kiri) Nagita, Raffi, dan Desy Ratnasari yang menyemangati salah satu tim peserta yang kalah. Indonesia Entertainmen Produksi/Indosiar

Cerdas cermat di era modern ini tampaknya cuma jadi lomba yang dilaksanakan institusi tertentu saja, misalnya universitas, kelompok perguruan, atau mungkin sampai tingkat partai politik. Jarang sekali ada yang mau membawanya ke televisi, kecuali Anda hidup pada tahun 2010-an ke bawah. Saat itu, acara kuis berformat cerdas cermat jumlahnya bisa sampai belasan dalam satu tahun. Pesertanya pun beragam, tidak melulu dari anak sekolah saja, peserta umum pun jadi. Hitunglah ada berapa jumlah acara kuis tahun 2010-an ke bawah yang menghiasi di TV kita, banyak lho.

Kalau mau mengerucut, Indosat Galileo bisa jadi benchmark terbaik kuis yang fokusnya ke pengetahuan. Orang dewasa saja belum tentu bisa jawab pertanyaan khas pengetahuan pada saat itu, apalagi anak-anak. Kalau mau spesifik ke anak-anak, Bintang Pintar Ultra yang dibawakan oleh sang raja kuis Helmy Yahya bisa jadi tontonan yang intens, mengingat lawannya sendiri anak-anak SMP ternama dari seluruh penjuru Indonesia.

Di tahun 2010-an hingga kini, Olimpiade Indonesia Cerdas (plus versi junior-nya) jadi penyelamat muka acara kuis pengetahuan Indonesia yang di zaman itu cukup kering variasi (bukan berarti Ranking 1 Trans TV tidak masuk hitungan ya, kuis ini juga sangat menarik, apabila tidak diforsir di jam pagi). Tidak hanya kompetitif, saat itu jumlah babaknya jauh lebih variatif dibanding kuis cerdas cermat sejenis. Tak ayal, kuis ini bahkan sampai empat musim tayang di RTV saat itu.

Peran anak SD di kuis TV kita paling mentok ya tampil di segmen Indonesia Pintar-nya Eat Bulaga! Indonesia SCTV. Isinya cuma teriak-teriak aja sepanjang acara. Saat acara ini disempalkan di stasiun TV yang sama pada 2019, pengembangan segmen kuis yang sangat sempit membuat acara ini tidak tahan lama. Ada sih, kontes cerdas cermat yang kualitas pertanyaannya di atas rata-rata yang digelar Ruangguru di zaman Covid-19. Masalahnya, ada yang nonton? Sementara, kalau kalian bisa memasukkan kuis 5x5 yang saban akhir pekan tayang di TVRI, apakah kalian ngeh?

Secercah harapan muncul pada Ramadan 2023. Indosiar, yang kita kenal atas naga terbang dan dangdutnya, datang membawa format cerdas cermat ini kembali ke TV kita. Isi acaranya pun tidak neko-neko: kalian jawab pertanyaan, itu sudah, selesai. Tinggal adu nilai saja. Yang tertinggi nilainya sudah jelas hakikatnya: juara di acara tersebut, lolos ke berikutnya sampai jadi pemenang.

Bertajuk Juara Indonesia Ramadan, acara ini menghadirkan tiga perwakilan sekolah dasar dari seluruh Jabodet…

wait,

Indonesia, yang akan saling beradu menjawab pertanyaan yang sering diajarkan di sekolah. Makin banyak pertanyaan yang dijawab benar, makin tinggi skornya, makin besar peluangnya agar sekolah tersebut sampai di babak final agar sekolah tersebut terpilih menjadi sang “Juara Indonesia”. Berdurasi sekitar 90-150 menit dan tayang hanya di Bulan Ramadan selama 2023 ini, kuis yang dipandu Raffi Ahmad dan Nagita Slavina ini akan mengasah wawasan para pesertanya tidak dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di sekolah, tetapi juga soal pelajaran agama Islam. Yup, ada segmen khusus soal bahasan agama Islam di sini. Makanya, jangan kaget kalau ada sisipan soal agama Islam, pertajwidan, sirah nabawiyah, fikih, budi pekerti, dan aneka soal khas pesantren yang masuk di dalam kuis ini. Agar jawaban tersebut terverifikasi, para pembawa acara didampingi oleh dua dewan pembimbing (panelis lah istilahnya), salah satunya expert di bidang agama Islam, di mana mereka akan menilai apakah jawaban yang mereka utarakan betul atau salah. Biar tidak tegang, ada juga segmen ekstrakurikuler yang menampilkan bakat-bakat menarik dari masing-masing sekolah, serta segmen lepas untuk memperebutkan hadiah uang tunai langsung yang tidak kalah seru.

Para finalis beserta juara pada musim pertama Juara Indonesia Ramadan. Indonesia Entertainmen Produksi/Indosiar

Questioning the Enjoyment

In the beginning, I enjoy this program so much.

Program ini asyik ditonton di jam-jam kritis berpuasa. Ketimbang menonton hiburan yang berat seperti di TV lain, menonton acara ini bikin otak jadi terasah ulang, jadi kesannya…

Oh, iya ya. Ternyata ini toh jawabannya. Perasaan saya di SD pernah dapat ilmu ini.

Karena formatnya cerdas cermat tulen, mudah bagi penonton mengikuti seberapa jago perwakilan anak-anak ini dalam menjawab seluruh pertanyaan yang dilontarkan duo RANS ini. Twist yang dihadirkan Indosiar di acara ini akan menyulitkan pesertanya. Ya iyalah, kuis apa lagi yang nyambungin pelajaran agama Islam dengan pelajaran umum di sekolah selain kuis ini, hehehe. Dari empat babak (plus dua babak yang tidak terkait dengan hasil skor) yang ada, babak terakhir yang betul-betul krusial bagi penonton dan pesertanya. Aura persaingan ala lomba cerdas cermat di sekolah sangat kental karena tim harus adu cepat dalam memencet tombol dan berharap jawaban mereka benar. Tentu kita sebagai penonton penasaran siapa satu perwakilan sekolah yang bakal jadi pemenang di setiap episodenya, terlebih lagi bagaimana masing-masing tim saling susul-menyusul di setiap pertanyaan, bahkan sampai comeback di detik-detik terakhir. Seru!

Comeback yang dimaksud. Indonesia Entertainmen Produksi/Indosiar

Namun demikian, menonton acara ini secara keseluruhan membuat saya kembali berpikir ulang: apa iya harus dibuat seperti ini?

Di empat episode pertama, ada beberapa babak yang sebenarnya jadi pembeda dengan acara lain. Masuknya babak ekstrakurikuler yang menampilkan bakat apapun yang ada di sekolahnya sepintas fresh, ya. Niatnya baik mau kayak Indonesia’s Got Talent agar membandingkan 3 ekstrakurikuler dari para sekolah peserta dan ekskul mana yang lebih mentereng. Namun atensinya minim sekali. Mana babak ini tidak berpengaruh sama skor akhirnya, kan. Itu sebabnya sejak episode 5 babak ini dipotong total, bahkan peserta yang bajunya beda sendiri di bangku suporter karena akan menampilkan ekskul mereka langsung hilang sejak episode 7. Memang segmen ini maruk durasi sih.

Juara Indonesia juga kehilangan panggung bagi penampilan bintang tamu yang juga tak kalah boros durasi. Niat hati ingin menginspirasi anak-anak, atensinya sama seperti babak ekstrakurikuler. Ini ditambah babak yel-yel yang hanya jadi penyemangat peserta dan babak praktikum yang demonstrasinya dihilangkan dan dialihkan ke video proofing membuat durasi bersih acaranya ini menjadi hanya 60% durasi awal. Ya, harus diakui, sih, siapa juga yang mau nonton kuis selama 2,5 jam. Kalian bukan Dahsyat, kan?

Ini adalah kuis pertama yang dibawakan Raffi dan Nagita. Indonesia Entertainmen Produksi/Indosiar

Dari segi line up, sebenarnya kalau dibilang berlebihan enggak sih. Dengan membonceng nama besar Raffi dan Nagita, selama mereka mampu membawakan pertanyaan dengan baik, acara ini tetap tampil menarik. Soal jam terbang Raffi, gak perlu dibantahkan lagi. Dengan pengalamannya di Indonesia Pintar tahun 2019 lalu, rasanya bukan halangan bagi Raffi untuk kembali membawakan acara permainan yang pesertanya lagi-lagi dari kalangan pelajar. Sebaliknya, ini adalah pengalaman pertama Nagita setelah Juara 1, mock up kuis pagi Ranking 1, yang tayang di Trans TV menjadi kali terakhir Nagita menjadi pembawa acara kuis. Di pos panelis, kecuali panelis terakhir spesialis agama Islam, sepertinya tidak perlu repot-repot mengundang artis kalau kerjanya cukup menjelaskan apakah jawabannya betul atau tidak, selama mereka memang menguasai pertanyaannya. Beberapa artis yang jadi panelis di acara ini sempat kelabakan kalau ditanya penjelasan soal jawaban yang benar dalam pertanyaan yang ditanyakan oleh host, khususnya di babak praktikum yang sangat teknis. Namun, Reisa, yang rutin mengisi posisi panelis pertama sudah tahu cara mainnya, dan ia betul-betul menguasai hal ini.

Di paruh akhir kompetisi ini, Indosiar tampak istikamah dengan jalan mereka untuk dapat menyelesaikan rangkaian kuis ini hingga akhir, walau dampaknya sudah mereka rasakan sejak uji coba formula acara di lima episode pertama: ratingnya amblas seamblas-amblasnya. Salut ketika dari 81 sekolah se-Jabodetabek yang mendaftar untuk mengikuti acara ini, para pemenang di setiap episodenya masih diikutkan kembali hingga akhir musim ini pada awal Mei. Tidak dipangkas di tengah jalan macam antv yang mengakhiri Supermarket Sweep Indonesia yang baru jalan 6–8 episode saja, padahal sudah diplot di jam sahur.

Reisa Broto Asmoro (kiri) dan Muchlis Muhammad Hanafi (kanan) sebagai panelis rutin. Khusus yang kanan, ia tidak pernah absen di acara ini. Vidio

Resep coba-coba yang digodok tim produksi yang memangkas 45 menit acara ini efektif dalam membuat acara ini kembali ke khittahnya sebagai acara adu banyak skor. Hilangnya babak ekstrakurikuler memang necessary, karena memang tidak mempengaruhi hasil akhir. Pemangkasan durasi babak praktikum dan jumlah soalnya bertambah juga jauh lebih bagus ketimbang harus diulang kembali praktikumnya ke peserta. Hasilnya, seperti kodrat sebuah kompetisi cerdas cermat di aula SD dalam rangka Porseni tingkat desa/kelurahan. Kita sebagai penonton merasakan semangat para tim yang khas di acara ini.

Indosiar sendiri masih harus memikirkan hal-hal berikut setelah acara ini usai.

  • Jika membuat acara ini sebagai cerdas cermat pada umumnya, tambah satu musim misalnya, babak tematis seperti babak pilihan ganda bisa disimpan untuk dipakai lagi apabila Juara Indonesia kembali tayang di bulan Ramadan. Babak ini asyik, tapi hanya untuk sekolah Islam yang mengikuti acara ini. Selain itu, tampak sekolah negeri kesulitan dalam mengikuti babak ini. Beruntung, poinnya sendiri relatif tak sebesar babak rebutan, babak terseru di acara ini.
  • Studionya perlu diperkecil. Ruang kosong di tengah panggung ini makan tempat betul, padahal 75% sorotan kamera sepanjang acara ini hanya di podium tim dan para host yang harus melipir karena nanti terhalang layar yang berisi pertanyaan yang akan dilihat peserta.
  • Menurut saya, suasana “Ramadan” acara ini tanggung di sana-sini. Kalau mau meningkatkan nilai-nilai keislaman, Hafiz Indonesia tak terbantahkan sebagai companion para penonton yang lagi duduk manis di depan TV saat ramadan. Di sini, namanya juga cerdas cermat, porsi soal keislaman dalam satu babak memang perlu ditunjang dengan babak-babak lainnya, sayangnya mentok di durasi. Soal setelan di studio? Silakan asumsikan masing-masing.
  • Uang hadiahnya meriah sekali. Yakin musim selanjutnya mau dipertahankan? Sama Liga 1 saja kalah duitnya sama acara ini :(
  • Bila mempertahankan Raffi dan Gigi di musim selanjutnya sebagai goal getter, ada baiknya syutingnya tidak maraton seperti sekarang. Terlihat betul mereka berdua kecapekan karena harus syuting hingga 41 episode dalam jangka waktu 2–3 bulan saja. Kalau mau hemat lagi, coba cari host yang lebih atraktif kalau berpapasan dengan anak-anak, plus tidak mengharapkan panelis dalam menguasai pertanyaan dan jawabannya. OIC punya beberapa host yang punya kualifikasi seperti ini.
  • Beri jeda waktu bagi musim selanjutnya untuk mendapatkan peserta yang jauh lebih beragam, bahkan lebih bagus kalau ada peserta dari luar Pulau Jawa. Kalau mau modal sedikit, bisa tiru apa yang Bintang Pintar Ultra lakukan dengan melaksanakan seleksi per zona, namun ada excuse bahwa ada segmen yang harus disunat, terutama segmen praktikum (praktikannya harusnya jadi spotlight acara ini. Sejak dikonversi jadi bentuk video, sepertinya mereka harus diapresiasi lebih).

Overall, kembalinya cerdas cermat di Indonesia melalui Juara Indonesia Ramadan jadi pilihan baru bagi penonton yang mulai kekeringan akan acara “pengetahuan” di televisi. Cap masyarakat soal Indosiar sebagai TV dengan CGI suka-suka mungkin bisa ditebus dengan penayangan rutin acara ini untuk membuktikan bahwa,

Masih ada loh acara bagus di TV ini…

Respons masyarakat bagus, walau masih sangat sedikit yang menontonnya karena jam tayangnya kurang bersahabat. Menjadi acara kuis pertama pasangan bintang Raffi dan Nagita menjadi pengalaman baru bagi mereka untuk menjadikan acara ini menarik sekaligus menghibur, meski ditantang dengan beragam isu yang perlu digodok mereka dan tim produksi. Layak diganjar satu musim lagi. (*)

Indonesia Entertainmen Produksi / Indosiar / Vidio

Juara Indonesia Ramadan (2023)

Pengisi Acara: Raffi Ahmad, Nagita Slavina, Muchlis Muhammad Hanafi, Reisa Broto Asmoro, Desy Ratnasari, Jerome Polin, Najwa Shihab

Produser: Eva Estriana, Tegar Dea Narendra, Dyah Palupi Renoningtyas, Ade Permana, Laura Berlina Stevy

Genre: Acara kuis, cerdas cermat

Durasi: 90–150 menit

Produksi: Indonesia Entertainmen Produksi

Tayang Perdana: 23 Maret 2023

Akhir Penayangan: ?

--

--

Fikri Rachmad Ardi
Fikri Rachmad Ardi

Written by Fikri Rachmad Ardi

NEW SERIES: MEMPERTANYAKAN VOLI - Oktober 2023 - Juli 2024. Juga menulis seri Bicara Layar Kaca apabila sempat.

No responses yet